Posted by
Unknown
at
4:34 PM
Takeda
Shingen (1 Desember 1521 atau 3
November tahun pertama era Daiei – 13
Mei 1573 atau 12
April tahun ke-14 era Genki) atau dikenal sebagai Takeda Harunobu adalah daimyo zaman Sengoku dari provinsi
Kai.
Takeda Shingen dilahirkan
sebagai putra sah pewaris klan
Takeda yang secara turun temurun
menjabat shugo di Kai.
Setelah berhasil menaklukkan provinsi tetangga Shinano, Takeda Shingen bertarung
melawan musuh besarnya Uesugi
Kenshin dalam Pertempuran Kawanakajima. Takeda
Shingen terus memperluas wilayah kekuasaan hingga mencakup provinsi Kai,
Shinano, Suruga, Kōzuke, Tōtōmi, berikut sebagian wilayah Mikawa dan Mino.
Takeda Shingen dikabarkan meninggal karena sakit di tengah perjalanan untuk
menaklukkan Kyoto.
Shingen merupakan nama kaimyō sedangkan Harunobu merupakan nama
kehormatan. Nama resmi yang diberikan kaisar adalah Minamoto no Harunobu.
Dalam pertempuran, Takeda
Shingen yang dijuluki "Harimau dari
Kai" mengibarkan bendera perang yang disebut Fūrinkazan. Pasukan berkuda yang
dipimpin Takeda Shingen merupakan pasukan kavaleri terkuat di zaman Sengoku. Pada zaman Taishō, Shingen secara anumerta
menerima jabatan Jusan-i yang berkedudukan tiga tingkat di
bawah jabatan perdana menteri.
Takeda Shingen
meninggalkan buku jurnal dan strategi militer berjudul "Kōyō gunkan"
yang di dalamnya tertulis pesan terakhir yang berbunyi "Ashita wa seta ni
hata o tateyo" Seta adalah
tempat di bagian selatan danau
Biwa yang menurut pandangan orang
pada zaman itu merupakan pintu gerbang ke Heian
kyō. Menurut catatan lain, Takeda Shingen dalam pesan terakhirnya meminta para
pengikutnya untuk merahasiakan kematian dirinya selama 3 tahun.
Puisi kematian yang ditulis Shingen berbunyi
Taiteiwa, chi ni makasete, kikotsu eshi, kōfun o nurazu, mizukara fūryū Lokasi makam Takeda Shingen di kuil Erinji (sekarang terletak di kota Kōshū, Prefektur Yamanashi).
Pertempuran Kawanakajima
Pada tahun 1553, pasukan Nagao (Uesugi Kenshin)
tiba untuk menolong pasukan Yoshikiyo dan menggelar pasukan di Kawanakajima
(sekarang kota Nagano) untuk menghadang pasukan Takeda yang sudah memasuki
dataran Zenkōjidaira (lembah Nagano). Bentrokan bersenjata yang terjadi antara
pasukan Takeda dan pasukan Nagao terkenal sebagai Pertempuran Kawanakajima tahap pertama. Pertempuran sempat
terhenti tapi kemudian pecah secara berulang-ulang hingga 5 kali (tahun 1553, tahun 1555, tahun 1557, tahun 1561, tahun 1564).
Harunobu menggunakan
segala upaya untuk menghadapi Uesugi Kenshin, antara lain dengan mengawinkan
putranya yang bernama Takeda
Yoshinobudengan putri dari Imagawa Yoshimoto. Anak perempuan Harunobu juga
dikawinkan dengan putra pertama Hōjō
Ujiyasu yang bernama Hōjō Ujimasa agar bisa bersekutu dengan Hōjō
Ujimasa. Klan Imagawa dan klan Hōjō juga menjalin persekutuan dengan bantuan
klan Takeda yang berperan sebagai penengah. Persekutuan ini disebut Persekutuan Tiga Negara Kōsōsun. Pada
tahun 1555 pecah Pertempuran Kawanakajima yang
kedua kali tanpa ada pihak yang kalah atau menang. Kedua belah pihak mundur
berkat klan Imagawa yang bertindak sebagai penengah.
Pada tahun 1559, Harunobu memutuskan untuk
menjadi pendeta Buddha dan mengganti namanya menjadi Shingen.
Pada tahun 1561 pecah Pertempuran Kawanakajima yang
ke-4 kali antara pasukan Takeda dan pasukan Uesugi. Pertempuran ini merupakan
pertempuran terbesar yang memakan korban tewas di kedua belah pihak hingga
6.000 prajurit. Pasukan Takeda kehilangan tokoh-tokoh seperti Takeda Nobushige (adik laki-laki Shingen) Murozumi Torasada dan Yamamoto Kansuke. Lembah
Kawanakajima menjadi tempat pelampiasan dendam kedua belah pihak.
Takeda Shingen kemudian
mengganti sasaran dengan menyerang provinsi Kōzuke.
Perlawanan Nagano Narimasa membakar semangat bertempur Shingen,
tapi Narimasa keburu meninggal karena sakit. Pasukan Takeda berhasil menguasai
bagian barat Kōzuke setelah berturut-turut menaklukkan Istana Minowa,Istana Kuragano dan Istana
Sōja.
Penaklukan
Kyoto Hingga Wafat
Pada tahun 1560, Oda Nobunaga dan pasukannya berhasil membunuh Imagawa Yoshimoto yang merupakan sekutu klan Takeda.
Klan Imagawa mulai kelihatan melemah dengan terbunuhnya Imagawa Yoshimoto
sehingga Shingen memutuskan untuk membatalkan persekutuan dengan klan Imagawa
dan menyerang masuk ke provinsi Suruga. Putra pewaris Shingen yang bernamaTakeda
Yoshinobu menentang rencana ini
dan memimpin pemberontakan melawan kekuasaan ayahnya. Pada tahun 1565, pembantu terdekat Takeda
Yoshinobu yang bernama Obu
Toramasa dipaksa melakukan seppuku,
sedangkan Takeda Yoshinobu dicabut haknya sebagai pewaris kekuasaan klan Takeda
dan dipaksa melakukan bunuh diri.
Penyerangan ke provinsi
Suruga yang dinanti-nanti Takeda Shingen akhirnya bisa dimulai pada tahun 1568. Pasukan Takeda Shingen bisa
memasuki wilayah Sunpu setelah berhasil mengalahkan pasukan Ogi Kiyotaka di gunung Matsuno dan pasukan Imagawa Ujizane di gunung Satta.
Pasukan Takeda kemudian
harus berhadapan dengan pasukan gabungan Hōjō Ujiyasu dan Hōjō Ujimasa yang
datang membantu pasukan klan Imagawa. Pada waktu itu klan Hōjō bersekutu dengan Uesugi Kenshin, sehingga Shingen
menarik pasukannya kembali ke Kai. Pada bulan Oktober 1569, pasukan Takeda kembali menyerang
klan Hōjō. Markas klan Hōjō di Istana
Odawarakali ini berhasil dikepung oleh pasukan Takeda. Shingen kembali harus
memerintahkan pasukannya untuk mundur dari Istana Odawara. Pasukan Hōjō yang
dipimpin oleh Hōjō Ujiteru dan Hōjō
Ujikuni segera melakukan
pengejaran terhadap pasukan Takeda, tapi pihak yang mengejar justru dikalahkan
dalam Pertempuran Mimasetōge.
Dengan berhasil ditaklukkannya pasukan Hōjō, Takeda Shingen berhasil
menganeksasi provinsi Suruga pada tahun 1570.
Pada waktu itu wilayah
kekuasaan klan Takeda sudah mencakup provinsi Kai, Shinano, Suruga, Kōzuke, Tōtōmi, Mikawa dan sebagian Mino. Penaklukan wilayah kekuasaan
klan Tokugawa merupakan langkah berikut Takeda Shingen. Pada tahun 1571 setelah
Hōjō Ujiyasu meninggal karena sakit, putranya yang bernama Hōjō Ujimasa
membatalkan persekutuan dengan Uesugi Kenshin dan kembali menjalin persekutuan
dengan Takeda Shingen. Ujimasa konon menjalankan kata terakhir dari ayahnya
Hōjō Ujiyasu agar memutuskan hubungan dengan Kenshin dan bersekutu dengan
Shingen.
Pada bulan Oktober 1572, Shingen melakukan penyerangan
atas provinsi Tōtōmi dan merebut secara berturut-turut istana milik Tokugawa
seperti Istana Futamata sebagai jawaban atas undangan dari shogun Ashikaga Yoshiaki. Shingen sudah lama
menanti-nanti kesempatan bertugas di Kyoto.
Pada bulan Desember 1572, pasukan
gabungan Oda Nobunaga dan Tokugawa
Ieyasu berhasil ditaklukkan oleh
Pasukan Takeda dalam Pertempuran
Mikatagahara.
Pada saat itu, Asakura Yoshikage sedang menggelar pasukan sejumlah
15.000 prajurit di bagian utara provinsi Ōmi untuk membantu Azai Nagamasa yang diserang pasukan Oda Nobunaga. Ketika Shingen sedang
merayakan kemenangan atas pasukan Nobunaga-Ieyasu, pasukan Asakura Yoshikage
yang sedang mempertahankan wilayah kekuasaan Azai secara tiba-tiba ditarik
pulang ke markasnya di Echizen. Takeda Shingen menjadi sangat marah mendengar
berita penarikan mundur pasukan Ashikage. Takeda Shingen berada di bawah Oda
Nobunaga dalam soal kokudaka yang
menentukan jumlah prajurit yang dapat direkrut. Gerak pasukan Takeda bisa
terhambat tanpa adanya pasukan Yoshikage yang memecah kekuatan pasukan Tokugawa Ieyasu dan Oda Nobunaga. Shingen lalu menulis
surat yang meminta agar Yoshikage menggelar kembali pasukan yang ternyata tidak
ditanggapi. Surat ini kemudian dikenal sebagai Dokumen Inō. Yoshikage Asakura
Yoshikage bersikeras untuk mempertahankan pasukan di Echizen walaupun sudah dibujuk oleh para
daimyo yang tergabung pada koalisi anti Nobunaga agar Yoshikage mau bekerjasama
dengan Shingen.
Langkah berikut Takeda
Shingen adalah penaklukan provinsi Mikawa. Pada bulan Februari 1573, Shingen berhasil merebut Istana Noda dalam pertempuran yang kemudian
dikenal sebagai Pertempuran Istana Noda. Keadaan kesehatan Takeda Shingen makin
menurun setelah Pertempuran Istana Noda berakhir. Pengobatan Shingen ternyata
tidak berhasil sehingga pasukan harus ditarik mundur pada pertengahan bulan
Maret. Pada tanggal 12 April 1573, sewaktu memimpin pasukan dalam
perjalanan pulang ke Kai, Takeda Shingen wafat pada usia 53 tahun di Komanba,
provinsi Shinano.
Takeda Shingen
meninggalkan buku jurnal dan strategi militer berjudul "Kōyō gunkan"
yang di dalamnya tertulis pesan terakhir yang berbunyi "Ashita wa seta ni
hata o tateyo" Seta adalah
tempat di bagian selatan danau
Biwa yang menurut pandangan orang
pada zaman itu merupakan pintu gerbang ke Heian
kyō. Menurut catatan lain, Takeda Shingen dalam pesan terakhirnya meminta para
pengikutnya untuk merahasiakan kematian dirinya selama 3 tahun.
Puisi kematian yang ditulis Shingen berbunyi
Taiteiwa, chi ni makasete, kikotsu eshi, kōfun o nurazu, mizukara fūryū Lokasi makam Takeda Shingen di kuil Erinji (sekarang terletak di kota Kōshū, Prefektur Yamanashi).
0 Comments:
Subscribe to:
Post Comments (Atom)